Semangat menjaga kemerdekaan terlihat dari bagaimana usaha rakyat bandung untuk melawan pasukan sekutu dan nica di awal-awal kemerdekaan. Pejuang dan para pemuda kala itu bahu membahu untuk mempertahankannya. Bahkan rela membuat keputusan dramatis demi mendapatkan kembali tempatnya.
Di awal kemerdekaan, tentara Inggris dan Belanda datang kembali ke tanah air. Mereka diklaim akan menancapkan kembali kekuatannya. Terbukti dengan datangnya sejumlah tentara berpangkat tinggi ke kota Bandung.
Penjajah yang sudah menduduki kawasan membuat ultimatum pertama agar rakyat dan pejuang di Bandung Utara untuk pindah. Paling lambat dilakukan pada 29 November 1945. Hasilnya, rakyat terpaksa untuk pindah ke Bandung Selatan.
Tak puas dengan hasil, penjajah membuat ultimatum kedua agar rakyat mengkosongkan sepenuhnya wilayah Bandung. Paling lambat adalah pada tanggal 23 Maret 1946.
Pada kesempatan kali ini, rakyat dan pejuang mendapatkan perintah langsung dari dua jenderal besar Indonesia. Perintah ini berupa bertahan dan mengikuti ultimatum.
Di tengah perbedaan perintah ini, musyawarah dilangsungkan oleh pejuang dan pemuda Bandung. Hasilnya adalah mengikuti perintah untuk mengkosongkannya. Tapi para pejuang mensiasatinya dengan politik membumihanguskan kawasan agar tempat paling vital ini tidak bisa digunakan penjajah.
Rakyatpun ikut membantu dengan membakar rumahnya sendiri. Akhirnya, Bandung memerah dengan api. Peristiwa inilah yang Anda kenal saat ini sebagai Bandung Lautan Api yang merupakan bagian dari solusi pejuang masa lalu untuk mempertahankan wilayah dari cengkeraman penjajah.